Rabu, 28 Oktober 2015

My School My Adventure!

Good night, universe! Selamat malam, dunia! Sugeng ndalu, donya! *sapaan multilingual*
Kalau sedang dikejar deadline, minat untuk nulis blog semakin meningkat x))
Saya mau share pengalaman mengajar PKn di kelas VI semoga bisa menginspirasi. Hehe. Check this out.

Tahun 2015 ini saya mendapat mandat tugas untuk mengajar di kelas enam mata pelajaran PKn (pelajaran sulit yang digampangkan oleh siswa karena tidak masuk UN) meski status saya wali kelas empat. Sebenarnya ini pengalaman pertama saya mengajar kelas enam, sebelumnya mengajar kelas atas kelas empat dan lima saja untuk mapel PKn dan saya ini spesialis kelas bawah beberapa tahun dapet kelas satu terus.
Perbedaan menonjol ketika mengajar di kelas atas adalah  aroma aura siswa yang berbeda, gimana gak beda mereka harus menerima pelajaran seabrek dan mereka harus dipaksa BISA. Terlebih untuk pelajaran Pkn, mulai kelas empat hafalan semua (ini alasan kenapa saya disuruh ngajar PKn) masuk kelas lima hafalan lebih sedikit, dan di kelas enam sama aja gk makin gampang. Terlebih anak kelas enam ini dari awal masuk kelas sudah membawa beban kelulusan dan terget mereka adalah nilai sempurna untuk beberapa mapel yang diujikan dalam UN. Lalu untuk apa mereka belajar PKn yang gak pengaruh pada kelulusan?

Jumat, 11 September 2015

Petani Cilik : Mengenalkan Anak pada Potensi Pertanian


Dulu jaman saya masih duduk di sekolah dasar masih membekas di memori otak mengenai soal ujian akhir bahwa Indonesia disebut negara agraris. Disebut negara agraris alasannya karena di Indonesia unggul pada sektor pertaniannya hal ini didukung juga oleh dilewatinya garis khatulistiwa di Indonesia sehingga iklim di Indonesia merupakan iklim tropis yang memang cocok untuk mengembangkan sektor pertanian ini. 
Namun, seiring berjalannya waktu saya tinggal di Indonesia, sektor unggulan ini malah justru dipandnag sebelah mata bahkan perhatian dari pemerintah akan sektor ini juga masih kurang. Buktinya banyak petani yang hidup dalam hidup kekurangan, mereka lebih menderita diandingkan dengan buruh pabrik. Imbasnya banyak generasi muda di daerah yang berpotensi untuk mengembangkan pertanian malah lebih memilih untuk bekerja di pabrik. Hingga kini yang masih bertahan mengelola pertanian adalah orang tua. Padahal kebutuhan pangan kita akan terus mengalami peningkatan. Kemungkinan yang terjadi daya impor pangan semakin meningkat. Lalu apa makna Indonesia sebagai negara agraris tapi sektor pertanian tertinggal dan terus meningkat impor pangan. Tidak ada rasa malukah? Atau memang sudah terbiasa memalukan? Semoga tidak begitu dan masih ada harapan sektor pertanian di tangan generasi muda yang akan datang. Meski hanya kemungkinan kecil tap setidaknya tetap berusaha. 
Kebetulan materi yang saja ajarkan di sekolah dasar ini juga mengenalkan pada anak- anak tentang Indonesia sebagai negara agraris. Saya tidak mau terulang lagi jaman saya sekolah dulu dimana saya sangat hafal di luar kepala bahwa negara Indonesia sebagai negara agraris tapi saya tidak tau apa hakikatnya apalagi bagaimana penerapannya. Di sekolah tempat saya mengajar ada mata pelajaran pertanian dan perikanan (PP), pelajaran ini merupakan pengembangan dari kurikulum sekolah yang berbasis kearifan lokal (local wisdom) dimana banyak warga masyarakat sekitar yang bermata pencaharian sebagai petani. Pelajaran ini merupakan pengembangan diri, selain muatan lokal dan ekstrakurikuler memang ada pengembangan diri sesuai kebutuhan sekolah. Namun di sekolah saya sendiri pelajaran ini sudah mulai ditinggalkan, alasannya di tahun sebelumnya ada guru mapel yang khusus mengajar PP namun di tahun belakangan ini tidak ada guru mapel tetapi harus guru kelas. 

Menyikapi hal ini, sebagai guru kelas tidak saya sia- siakan pelajaran ini karena memang ada hubungan dengan materi pelajaran yang saya ajarkan serta sebagai rasa prihatin saya akan keadaan sektor pertanian yang seakan mati suri tidak ada program pemerintah yang menghidupkan sektor ini. Padahal menurut saya sektor pertanian merupakan salah satu sektor vital bagi keberlangsungan suatu negara. Kegiatan yang saya lakukan untuk membimbing anak- anak mengenal sektor pertanian dengan mengajak mereka terjun langsung ke sawah. Kegiatan ini sengaja saya berikan di Hari Sabtu karena baju seragam rawan kotor untuk itu saya pilih Hari Sabtu karena hari berikutnya merupakan hari libur. Berikut ini beberapa rangkaian kegiatan yang saya lakukan bersama anak- anak untuk menghidupkan sektor pertanian, minimal anak- anak mengenal akan kekayaan alam yang mereka tinggali sehingga bisa menghargai dan melestarikannya.
Anak- anak membersihkan lahan dari tanaman liar

Selasa, 16 September 2014

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 sudah mulai diterapkan di Sekolah Dasar khususnya kelas 1, 2, 4, dan 5 di hampir seluruh wilayah di Indonesia, pihak sekolah juga telah melakukan sosialisasi kepada orang tua tentang Kurikulum 2013 dan secara garis besar pendangan orang tua tentang Kurikulum 2013 itu tidak ada lagi mata pelajaran tetapi tersaji dalam bentuk tema sehingga jadwal pelajaran tampak berbeda dan sering berganti, materi yang diberikan juga berbeda dari yang terdahulu meskipun konteksnya tetap sama, kemudian para orang tua membantu menyampaikan kepada anak agar tidak bingung. Sebenarnya letak peran orang tua dalam Kurikulum 2013 tidak hanya sebatas itu, orang tua bisa terlibat langsung dalam mendidik dan mendampingi anak namun lokasi tentu tidak di sekolah melainkan di rumah dengan alokasi waktu tak terhingga.





Cerita Tentang Seorang Anak Preman



Pagi itu seperti biasa saya menjalankan tugas mengajar, ketika pelajaran dimulai seorang murid saya yang tadi pagi menyapa dan menjabat tangan saya tiba-tiba tidak ada, tidak begitu lama seorang bapak paruh baya bertubuh besar rambutnya gondrong brewokan dan bagian tubuh yang terlihat penuh tato mengetuk pintu bersama anak lelakinya yang sedang menangis. Ternyata anaknya pulang ke rumah karena diejek temannya kalau bapaknya tatoan. Si Bapak tidak terima lalu mencari anak tersebut sambil marah-marah di kelas yang harusnya sudah dimulai pelajaran. Saya ingin mencari pertolongan tapi lingkungan sekolah sudah dalam keadaan sepi karena pelajaran sudah dimulai. Bapak itu juga mengancam murid saya yang membuat anaknya pulang ke rumah menangis. Seluruh murid saya tampak ketakutan dan shock. Hal ini tidak bisa

Jumat, 12 September 2014

Seragam Merah Putih!

Welcome to the jungle class!  tiga puluh lima siswa yang mengenakan seragam baru siap memasuki ruangan kelas, itulah senangnya mengajar di kelas 1 SD bisa menyaksikan euforia siswa yang baru pertama kali memakai seragam berwarna merah dan putih, dengan seragam yang baru mereka lebih percaya diri, mereka merasa sudah besar karena sudah memiliki adik tingkat yang seragamnya berbeda, mereka sangat antusias karena penasaran dengan apa yang akan mereka hadapi nanti di dalam kelas. Apakah lebih menyenangkan atau sebaliknya.


Selasa, 20 Mei 2014

Antara “mental” Buruh dan Sistem Pendidikan di Indonesia


“Dino, duduk rapi dengarkan Bu Guru jangan jalan-jalan dan bermain di dalam kelas!” Kata- kata ini sudah tidak asing lagi terdengar di dalam kelas dalam suatu kegiatan belajar mengajar bahkan sejak duduk di sekolah dasar. Maksud dan tujuan guru memang baik dan tidak ada salahnya meminta siswanya mendengarkan dan mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung tanpa mengganggu teman yang lain dengan satu harapan anak didiknya kelak jadi anak pintar dan sukses. Namun seiring waktu berjalan, pola pikir anak semakin berkembang karena pengaruh berbagai hal yang tentu lebih banyak. Kalau orang jaman dahulu hanya terpengaruh oleh orang tua saja sehingga “tunduk” pada orang tua dan tidak sering melakukan pelanggaran atau perilaku menentang yang lain, berbeda dengan anak sekarang yang semakin maju jaman semakin banyak yang mempengaruhi pola pikirnya ada dampak positif dan negatif yang banyak mereka peroleh tergantung bagaimana orang tua dapat mengarahkan. Dari

Senin, 19 Mei 2014

CAS

Tidak terasa sudah setahun bersama 22 anak di dalam satu ruangan. Banyak pelajaran yang saya dapat dari berbagai tingkah dan polah anak-anak dalam kelas setiap harinya. Pelajaran yang saya peroleh di bangku kuliah sangat membantu dalam memecahkan berbagai masalah. Masalah yang timbul tidak terbatas dari kenakalan anak-anak, namun lebih pada masalah orang tua mereka. Yaps memang orang tua/ wali murid yang justru banyak "bermasalah". Mulai dari wali murid yang protes anaknya kurang diperhatikan, wali murid yang memalsukan akte kelahiran karena hamil di luar nikah, dan wali murid yang nunggak bayar buku padahal memdapatkan beasiswa sampe nagihnya kejar-kejaran di sekolah pas jemput anaknya. Bahkan ada seorang wali murid yang gila, gila bukan sebuah konotasi namun memang seorang yang tidak normal dan dihamili lelaki tak bertanggung jawab. Bagaimana seorang guru tetap harus sopan memperlakukan orang yang tidak normal sama seperti yang lain juga tidak mudah.