Selasa, 20 Mei 2014

Antara “mental” Buruh dan Sistem Pendidikan di Indonesia


“Dino, duduk rapi dengarkan Bu Guru jangan jalan-jalan dan bermain di dalam kelas!” Kata- kata ini sudah tidak asing lagi terdengar di dalam kelas dalam suatu kegiatan belajar mengajar bahkan sejak duduk di sekolah dasar. Maksud dan tujuan guru memang baik dan tidak ada salahnya meminta siswanya mendengarkan dan mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung tanpa mengganggu teman yang lain dengan satu harapan anak didiknya kelak jadi anak pintar dan sukses. Namun seiring waktu berjalan, pola pikir anak semakin berkembang karena pengaruh berbagai hal yang tentu lebih banyak. Kalau orang jaman dahulu hanya terpengaruh oleh orang tua saja sehingga “tunduk” pada orang tua dan tidak sering melakukan pelanggaran atau perilaku menentang yang lain, berbeda dengan anak sekarang yang semakin maju jaman semakin banyak yang mempengaruhi pola pikirnya ada dampak positif dan negatif yang banyak mereka peroleh tergantung bagaimana orang tua dapat mengarahkan. Dari

Senin, 19 Mei 2014

CAS

Tidak terasa sudah setahun bersama 22 anak di dalam satu ruangan. Banyak pelajaran yang saya dapat dari berbagai tingkah dan polah anak-anak dalam kelas setiap harinya. Pelajaran yang saya peroleh di bangku kuliah sangat membantu dalam memecahkan berbagai masalah. Masalah yang timbul tidak terbatas dari kenakalan anak-anak, namun lebih pada masalah orang tua mereka. Yaps memang orang tua/ wali murid yang justru banyak "bermasalah". Mulai dari wali murid yang protes anaknya kurang diperhatikan, wali murid yang memalsukan akte kelahiran karena hamil di luar nikah, dan wali murid yang nunggak bayar buku padahal memdapatkan beasiswa sampe nagihnya kejar-kejaran di sekolah pas jemput anaknya. Bahkan ada seorang wali murid yang gila, gila bukan sebuah konotasi namun memang seorang yang tidak normal dan dihamili lelaki tak bertanggung jawab. Bagaimana seorang guru tetap harus sopan memperlakukan orang yang tidak normal sama seperti yang lain juga tidak mudah.