Pagi itu seperti biasa saya
menjalankan tugas mengajar, ketika pelajaran dimulai seorang murid saya yang
tadi pagi menyapa dan menjabat tangan saya tiba-tiba tidak ada, tidak begitu
lama seorang bapak paruh baya bertubuh besar rambutnya gondrong brewokan dan
bagian tubuh yang terlihat penuh tato mengetuk pintu bersama anak lelakinya
yang sedang menangis. Ternyata anaknya pulang ke rumah karena diejek temannya
kalau bapaknya tatoan. Si Bapak tidak terima lalu mencari anak tersebut sambil
marah-marah di kelas yang harusnya sudah dimulai pelajaran. Saya ingin mencari
pertolongan tapi lingkungan sekolah sudah dalam keadaan sepi karena pelajaran
sudah dimulai. Bapak itu juga mengancam murid saya yang membuat anaknya pulang
ke rumah menangis. Seluruh murid saya tampak ketakutan dan shock. Hal ini tidak
bisa
dibiarkan dan terulang lagi. Saya mencoba meredam amarah bapak berkelakuan “preman” tersebut hingga akhirnya beliau pergi dengan senyum setelah saya mencoba bicara baik-baik.
dibiarkan dan terulang lagi. Saya mencoba meredam amarah bapak berkelakuan “preman” tersebut hingga akhirnya beliau pergi dengan senyum setelah saya mencoba bicara baik-baik.
Jangan sampai hal
seperti ini jadi masalah yang berkepanjangan apalagi sampai melibatkan
masing-masing orang tua karena hal sepele saling ejek antar teman bagi anak SD
suatu kenakalan yang biasa terlebih lagi itu memang kenyataan bahwa bapak itu
memang tatoan. Disini sebenarnya bukan anaknya yang bermasalah tapi justru
lebih pada orang tua, kalau orang tua yang baik bukan semakin memperbesar
masalah tapi bisa menyelesaikan dengan anaknya saja tidak sampai sekolah tempat
untuk belajar.
Kebetulan anaknya bapak yang tatoan ini satu-satunya murid saya yang tinggal
kelas, tapi dia bukan anak yang cengeng seperti pagi itu. Meskipun seluruh guru
di sekolah tidak berani memutuskan muridnya untuk tinggal kelas karena tuntutan
kurikulum 2013 tapi saya dengan keyakinan teguh dan rasa tanggung jawab dengan
pertimbangan matang juga akhirnya membuat keputusan ada satu anak murid yang
tinggal kelas. Anak yang tinggal kelas ini karena ada beberapa faktor,
diantaranya : jarang berangkat sekolah dan belum bisa baca tulis karena di
rumah juga tidak ada bimbingan dari orang tua. Anak ini kalau dengan saya
penurut sekali tapi banyak murid lain dan guru yang bilang kalau dia nakal.
Ketika saya putuskan anak ini untuk tinggal kelas bapaknya tidak terima dan
langsung meneror dan mengancam bapak kepala sekolah karena beliau tidak kenal
saya bahkan belum pernah bertemu saya sebelumnya baru pertama kali di pagi itu
dan saya sejak itu saya hanya bisa bergumam “selama ini saya telah berhadapan
dengan seorang preman”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar