Dulu jaman saya masih duduk di sekolah dasar masih membekas di
memori otak mengenai soal ujian akhir bahwa Indonesia disebut negara agraris.
Disebut negara agraris alasannya karena di Indonesia unggul pada sektor
pertaniannya hal ini didukung juga oleh dilewatinya garis khatulistiwa di
Indonesia sehingga iklim di Indonesia merupakan iklim tropis yang memang cocok
untuk mengembangkan sektor pertanian ini.
Namun, seiring berjalannya waktu saya tinggal di Indonesia, sektor
unggulan ini malah justru dipandnag sebelah mata bahkan perhatian dari
pemerintah akan sektor ini juga masih kurang. Buktinya banyak petani yang hidup
dalam hidup kekurangan, mereka lebih menderita diandingkan dengan buruh pabrik.
Imbasnya banyak generasi muda di daerah yang berpotensi untuk mengembangkan
pertanian malah lebih memilih untuk bekerja di pabrik. Hingga kini yang masih
bertahan mengelola pertanian adalah orang tua. Padahal kebutuhan pangan kita
akan terus mengalami peningkatan. Kemungkinan yang terjadi daya impor pangan
semakin meningkat. Lalu apa makna Indonesia sebagai negara agraris tapi sektor
pertanian tertinggal dan terus meningkat impor pangan. Tidak ada rasa malukah?
Atau memang sudah terbiasa memalukan? Semoga tidak begitu dan masih ada harapan
sektor pertanian di tangan generasi muda yang akan datang. Meski hanya
kemungkinan kecil tap setidaknya tetap berusaha.
Kebetulan materi yang saja ajarkan di sekolah dasar ini juga
mengenalkan pada anak- anak tentang Indonesia sebagai negara agraris. Saya
tidak mau terulang lagi jaman saya sekolah dulu dimana saya sangat hafal di
luar kepala bahwa negara Indonesia sebagai negara agraris tapi saya tidak tau
apa hakikatnya apalagi bagaimana penerapannya. Di sekolah tempat saya
mengajar ada mata pelajaran pertanian dan perikanan (PP), pelajaran ini
merupakan pengembangan dari kurikulum sekolah yang berbasis kearifan lokal (local wisdom) dimana banyak warga masyarakat sekitar yang bermata
pencaharian sebagai petani. Pelajaran ini merupakan pengembangan diri, selain
muatan lokal dan ekstrakurikuler memang ada pengembangan diri sesuai kebutuhan
sekolah. Namun di sekolah saya sendiri pelajaran ini sudah mulai ditinggalkan,
alasannya di tahun sebelumnya ada guru mapel yang khusus mengajar PP namun di
tahun belakangan ini tidak ada guru mapel tetapi harus guru kelas.
Menyikapi hal ini, sebagai guru kelas tidak saya sia- siakan
pelajaran ini karena memang ada hubungan dengan materi pelajaran yang saya
ajarkan serta sebagai rasa prihatin saya akan keadaan sektor pertanian yang
seakan mati suri tidak ada program pemerintah yang menghidupkan sektor ini.
Padahal menurut saya sektor pertanian merupakan salah satu sektor vital bagi
keberlangsungan suatu negara. Kegiatan yang saya lakukan untuk membimbing
anak- anak mengenal sektor pertanian dengan mengajak mereka terjun langsung ke
sawah. Kegiatan ini sengaja saya berikan di Hari Sabtu karena baju seragam
rawan kotor untuk itu saya pilih Hari Sabtu karena hari berikutnya merupakan
hari libur. Berikut ini beberapa rangkaian kegiatan yang saya lakukan bersama
anak- anak untuk menghidupkan sektor pertanian, minimal anak- anak mengenal
akan kekayaan alam yang mereka tinggali sehingga bisa menghargai dan
melestarikannya.
|
Anak- anak membersihkan lahan dari tanaman liar |
|
Anak- anak saling membantu temannya |
|
Beberapa anak membawa tanaman liar ke tempat lain untuk dikumpulkan |
|
Anak laki- laki tampak antusias membabat tanaman liar seperti tanaman eceng gondok |
|
Tanaman eceng gondok dikumpulkan kemudian dijemur dan bisa dijual ke pengumpul |
|
Anak- anak saling membantu teman satu sama lain |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar