Kamis, 07 November 2013

Jadi Guru Olah Raga, Siapa Takut?

        Jadwal olah raga kelas 1A dan 1B adalah hari Senin, tetapi hari senin kemarin kebetulan bapak guru yang mengajar masing-masing kelas sedang berhalangan hadir karena ada acara dinas guru olah raga se-Kabupaten Bantul, Yogyakara. Tugas mengajar kelas 1 diserahkan kepada guru kelas, karena dirasa saya paling muda, maka guru kelas sebelah (kelas 1A) menyerahkan kelasnya kepada saya, jadi mau tidak mau saya mengajar dua kelas untuk mapel olah raga. Kalau disuruh mengajar tari mungkin masih sedikit bisa, tapi kalau olahraga, entahlah. Saya bingung mau mengajari apa karena ini baru sekali ngajar dua kelas biasanya satu kelas udah bikin pusing. Awalnya anak-anak mau kuminta lari keliling.
sekolah, namun terbayang ketika mereka berlari pasti berisik dan mengganggu kelas lain. Kebetulan kelas 1A adalah kelas yang lebih luar biasa kalau dibandingkan kelas saya, terutama disana ada para “penghuni kelas” yang sudah beberapa tahun tinggal kelas jadi bisa dibayangkan riuhnya keadaan.

Semangat anak kelas 1A dan kelas 1B bermain bola
Pertama-tama saya ajak senam ala kadarnya, yang penting gerak karena saya tahu itu kelebihan anak kelas satu, suka bergerak. Kemudian saya ajari permainan, untuk yang putri ada sundah mandah, kasti dll keadaan bisa kondusif. Lah, yang laki-laki baru ditinggal nengok sebentar udah ada yang jotos-jotosan. Kemudian saya mengumpulkan anak laki-laki, saya ajak main bola, dengan pengetahuan tentang bola yang ala kadarnya juga, saya duduk di bawah pohon yang rindang menjelaskan  kepada anak laki-laki bagaimana aturan permainan dan pembagian kelompok. Ternyata mereka berinisiatif mau tanding antar kelas, oke saya setujui. Untuk ppara “penghuni kelas” alias siswa yang paling nakal saya jadikan kapten, kemudian ada yang jadi striker, sama kiper karena setahu saya cuma itu, begitu pula murid saya tidak tahu tugasnya apa tapi udah seneng banget dan semangat sekali ketika saya jadikan kapten. Sebelum pertandingan saya minta masing-masing regu berkumpul bermusyawarah menyiapkan strategi yang akan digunakan seperti yang sering mereka lihat di televisi, wah mereka tampak kompak sekali. Singkat cerita pertandingan hampir usai, keadaan yang sungguh memprihatinkan dan jadi catatan penting buat saya, murid kelas saya kalah telak, mereka yang di kelas rajin dan nilainya tinggi ketika bertanding di lapangan tidak bisa berkutik. Kemampuan anak memang berbeda-beda, semua juga tahu dan para orang tua juga tahu tetapi masih saja ada orang tua yang memaksakan anaknya untuk jadi anak pintar, pintar akademis saja. Padahal anak-anak yang di kelas nilai akademisnya rendah itu, di lapangan bisa jadi juara.

Ini pelajaran berharga yang bisa saya petik dari pengamatan langsung di lapangan bagaimana kemampuan anak itu memang sungguh berbeda-beda. 

2 komentar: